Bismillah, washolatu wasalamu wa ‘ala rasulillah wa ala alihi wa sohbihi ajmain
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatu
Saya ingin menyampaikan sebuah nasehat yang sangat penting untuk semua santri Sintesa, terutama angkatan baru. Sebenarnya ini adalah materi kajian yang akan sampaikan di program pesantren setiap ba’da ashar. Namun karena saya tidak sempat menyampaikannya, maka saya tulis saja agar bisa dibaca oleh semua santri.
Dalam surat An-Nisa’: 58 Allah Azza wa Jalla berfirman: “inna llaaha ya’murukum an tu-adduul amaanaati ilaa ahlihaa wa-idzaa hakamtum bayna nnaasi an tahkumuu bil’adli”. Hanya ada dua bagian dari nasehat ini, yang pertama Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat (secara penuh) kepada yang berhak menerimanya.”
Yaitu memenuhi amanah! Jika kita dipercaya memegang amanah tertentu, pastikan kita memenuhi kewajiban tersebut. Inilah nasehat pertama yang penting dari Allah.
Allah punya hak atas diri kita, Allah mengamanahkan kita dengan La ilaha illallah, dan inilah salah satu amanah yang harus kita penuhi kepada-Nya. Kemudian kita juga punya amanah terhadap Rasulullah SAW yaitu bagaimana kita menghormati beliau, bagaimana mematuhi sunnah-sunnah beliau SAW.
Kemudian juga ada amanah selain itu, yaitu dengan keluarga kita, orang tua kita, tetangga kita, rekan-rekan kita, semua ini adalah amanah.Dan dalam agama Islam, pada dasarnya Allah memerintahkan kita untuk memberikan pada manusia hak mereka. “Berikan pada manusia hak mereka.”
Kita harus memastikan bahwa kita memberikan hak orang lain sepenuhnya (sama sekali tidak kurang). Jika kita seorang anak, berikan orang tua kita hak yang seharusnya mereka terima sepenuhnya, begitu juga sebaliknya.
Jika kita seorang murid, berika guru kita hak yang seharusnya dia dapatkan. Jika kalian seorang guru, berikan murid kalian apa yang seharusnya dia dapatkan.
Jika kita seorang pedagang, berikan hak pembeli tidak kurang dari hak mereka. Jika kita pembeli, berikan pada pedagang tidak kurang dari haknya. Setiap orang perlu mendapatkan hak mereka.
Jika kita memahami ayat ini seutuhnya, kita harus mempraktekkannya setiap saat dalam hidp kita. Kita sering bercanda, sebelum kita mencandai seseorang, pikirkan dulu apakah dia tidak mengapa aku berkata seperti ini?
Sebelum kalian memotong antrian atau mengambil barang orang lain, tata krama yang kalian tunjukkan di asrama. Subhanallah sering sekali kita tidak mempraktekkan ayat ini ketika kita antri cuci tangan atau meminjam gelas/barang orang lain. Orang lain punya hak tapi kita merampasnya begitu saja. “Sorry aku buru-buru.” Siapa yang suruh datang terlambat?
Kemudian kita mengambil barang milik orang lain tanpa ijin terlebih dahulu. Beberapa dari kita menganggap buruk pada rekan kita, karena meminjam barang tanpa ijin. Ini adalah hak orang-orang, kita tidak bisa begitu saja mengambilnya, berikan hak mereka sepenuhnya.
Kemudian Rasulullah SAW memberitahu kita untuk memperhatikan kebutuhan tetangga kita. Berapa banyak dari kita yang peduli terhadap tetangganya? Dan itu adalah hak mereka atas kita. Kita harus tahu keadaan mereka, kita harus peduli terhadap mereka.
Ketika kita punya makanan, berikan sebagian makananmu ke tetanggamu, kita berbagi karena mereka tetangga kita. Rasulullah bersabda agar kita mengurus tetangga kita. “Berapa banyak dari kita yang mengatakan “Jika kamu butuh sesuatu, beritahu kami” Subhanallah!
Berapa banyak dari kita yang saling bermusuhan dengan tetangga kita? “an tu adduu al amaanaati ilaa ahlihaa” Berikan pada mereka yang berhak dengan hak yang penuh. Subhanallah.
JIka kita bisa mempraktekkan satu saja nasihat ini, mak hidup kita akan sepenuhnya berbeda.
Dan nasehat yang kedua, “wa idzaa hakamtum bayna nnaasi an tahkumu bil’adli.” “Dan ketika datang waktunya ketika kita harus memutuskan di antara dua orang” artinya akan ada perselisihan dan kita menjadi hakimnya.
Di antara rekan kita akan ada perselisihan, di antara saudara kita ada pertengkaran, di antara tetangga kita ada permusuhan. Akan ada konflik dan mereka akan meminta pendapatmu “Bagaimana menurutmu? Siapa yang benar?”
Allah berfirman, “kapanpun itu terjadi, berpihaklah pada kebenaran.” Yaitu kita harus menghakimi dengan adil. Tekadang orang yang tidak kita sukai itu benar dan teman dekat kita sendiri yang salah. Memang sulit mengatakan sahabat kita salah, tapi kita harus mengatakannya.
Sulit untuk mengatakan bawa keluarga lain itu benar sedangkan keluarga kita sendiri salah, tapi terkadang kita harus melakukannya. Kita akan berada pada situasi seperti ini.
Kemudian Allah berfirman, “inna llaaha ni’immaa ya’izhukum bihi.”
Sesunggunya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya padamu.”
Kadang kita tidak sadar betapa pentingnya ini, para Sahabat r.a. sangat memegang teguh ini. Ketika ada perselisihan antara Muslim dan non-Muslim, mereka akan mendengar kesaksian Muslim lebih dulu secara setara dan penuh. Dan para Sahabat r.a. tidak akan berkata “Jangan khawatir kau saudara kami, kau tidak mungkin salah.” mereka tidak melakukan itu.
Kita harus memberi hak pada orang yang pantas mendapatkannya. Mungkin nanti kalian ditempatkan pada posisi tertentu, dimana kalian diamanahi untuk merekrut calon angkatan baru, dan teman kita berkata “Aku ingin masuk Sintesa, dapatkah kamu merekrutku?” Jika dia bukan calon yang baik, maka katakan tidak bisa. “Tapi kita teman!” Memang ya, itulah sebabnya kita tidak bisa berbohong atas teman kia, kita harus menjadi jujur dan memberikan hak pada mereka yang pantas.
Dan kadang kita tidak suka melihat teman kita lebih unggul dari kita. Jadi ketika terbuka kesempatan untuk teman kita/orang yang kita kenal, orang akan minta pendapatmu, “bgaimana menurutmu tentang orang ini?” “Ya dia baik, tapi gitulah…” Jangan, berikan hak mereka sepenuhnya.
Semoga Allah Azza wa Jalla membuat kita dapat mempraktekkan nasehat yang sangat penting ini dan melaluinya semoga Allah mengubah keadaan pesantren ini seluruhnya menjadi lebih baik.
Barakallahu li walakum, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.