Jazakallahu Khairan Katsiiran Ustadz Ibrahim Vatih

Dalam kehidupan dunia yang semakin berkembang dan modern ini saya sebagai seorang muslim dihadapkan dengan fakta – fakta duniawi yang serba fatamorgana, dimana segala sesuatu yang baik dan sesuai dengan syariat Islam telah dianggap asing dan bahkan banyak dipandang sebelah mata.

Sungguh beruntung bagi saya, di tengah situasi yang begitu kacau ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertemukan saya dengan pesantren Sintesa yang mana pesantren ini merupakan pesantren pertama yang menerangi jalan hidup saya di umur saya yang sudah menginjak 24 tahun.

Singkat cerita setelah masuk di pesantren Sintesa ini, banyak sekali ilmu baru yang saya dapatkan baik ilmu untuk kehidupan dunia dan terutama ilmu untuk kehidupan akhirat kelak. Syukur alhamdulillah selalu saya panjatkan kepada Allah karena telah memilihkan tempat yang tepat untuk saya agar tidak terjerumus ke dalam gemerlapnya dunia yang sungguh penuh dengan tipu daya.

Suasana Gedung Baru Sintesa

Ustadz Ibrahim Vatih, seorang ustadz utama di Sintesa yang menjadi panutan bagi para santri. Sifat tawadhu’ dan sabar yang selalu beliau contohkan dalam membimbing dan mengajari para santrinya menjadi salah satu alasan mengapa beliau menjadi ustadz yang sangat disukai dan menjadi panutan para santri.

Farid sama ayahnya

Selain itu dengan umur beliau yang masih tergolong sangat muda, masih seumuran dengan saya, beliau telah mampu mengurus puluhan santri Sintesa yang notabene mempunyai umur yang sama dan ada pula yang lebih tua dari beliau. Dengan dibantu istrinya, Riva Sakina, beliau berdua bahu – membahu mengurus pesantren Sintesa ini.

Pernah suatu ketika ustadz Ibrahim Vatih mengajari para santrinya agar selalu menyeimbangkan hubungan kepada Allah dengan hubungan kepada sesama manusia. Hal itu membuka wawasan saya karena selama ini saya selalu mengejar hablun minallah saja dan mengabaikan hablun minannas.

Ustadz Vatih sama Farid
Ustadz Vatih with santri Sintesa

Melihat hal tersebut, terbersit dalam hati kecil ini, satu harapan agar juga bisa mempunyai pondok pesantren seperti Sintesa ini suatu saat nanti. Karena dengan memiliki pesantren akan membuat seseorang memiliki hubungan yang baik dengan manusia dan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pelajaran yang juga bisa saya ambil dalam diri ustadz Vatih adalah keberanian beliau untuk membangun rumah tangga di usia yang masih tergolong sangat muda. Beliau memberanikan diri menikah ketika usia beliau masih 19 tahun.

Santri Angkatan 3

Sungguh berbeda sekali dengan anak muda zaman sekarang yang kebanyakan menjadikan pacaran sebagai tren pergaulannya dengan lawan jenis. Padahal pacaran dalam Islam sangat dilarang keras karena termasuk ke dalam kategori mendekati zina.

Mungkin karena itulah salah satu alasan beliau berani menikah di usia muda. Dan hasilnya bisa dilihat sekarang, beliau yang masih berumur 25 tahun sudah memiliki 2 anak dan puluhan santri yang selalu sami’na wa atho’na kepada beliau. Dan dari segi dunia beliau juga tergolong sangat sukses. Terbukti dengan banyaknya bisnis online yang telah beliau handle saat ini dan banyak pula website yang beliau miliki telah menghasilkan uang dari adsense Indonesia dan adsense luar.

Fakta tersebut cukup membuka mata hati saya bahwa dengan menikah akan bisa mendatangkan banyak keberkahan baik dalam hal dunia dan juga dalam hal akhirat. Oleh karena itu terbersit pula dalam hati saya keinginan untuk cepat menikah setelah lulus dari pesantren ini.

Jombleh 12

Dan tanpa terasa tinggal beberapa hari lagi saya akan meninggalkan pesantren Sintesa yang tercinta ini yang mana saya merasa waktu setahun sangat cepat berlalu. Berat rasanya hati ini menjalani hari – hari terakhir di pesantren ini karena di pesantren inilah saya mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupan dunia dan akhirat saya dari ustadz Ibrahim Vatih.

Jazakallahu khairan Ustadz Vatih, semoga Allah membalas semua ilmu yang telah engkau ajarkan kepada saya dengan segala kebaikan di dunia ini dan di akhirat kelak. Aamiin.

3 thoughts on “Jazakallahu Khairan Katsiiran Ustadz Ibrahim Vatih”

Leave a Comment