5 Hal yang Paling Saya Sesali Selama Menjadi Santri

Masih teringat dengan sangat jelas di dalam memori kepala ini, tepat setahun yang lalu, jari jemari ini bertemu dengan tuts keyboard mengisi tiap pertanyaan yang terlampir di lembar formulir online Pendaftaran Santri Sintesa Angkatan 3.

15 Januari 2016, tepat hari terakhir pendaftaran saya mengirimkan formulir pendaftaran. Hingga dua belas bulan telah berlalu, kini sampailah saya (kami) pada detik-detik menuju fase terakhir perjalanan di Sintesa ini. Fase kelulusan, dan pastinya perpisahan.

Tiga ratus enam puluh enam hari. Rentang waktu yang bisa dibilang tidak singkat tetapi pada kenyataannya berjalan secepat kilat. Tiap detik yang memaksa saya untuk terus bertumbuh setiap saat.

Layaknya fase-fase kehidupan yang lalu, fase kehidupan selama ‘nyantri’ di Sintesa ini juga banyak meninggalkan memori yang berkesan. Entah memori yang nantinya akan mengundang senyuman, tertawaan, kesedihan, pun penyesalan.

Ya, penyesalan(-penyesalan).

Ada sebuah adagium yang berbunyi,

Penyesalan selalu datang di akhir, kalau di depan namanya pendaftaran!

Dan benar, menjelang detik-detik terakhir belajar di Sintesa mulai muncul rasa-rasa penyesalan di dalam hati ini.

Penyesalan ketika melihat ibadah harian yang belum maksimal, penyesalan ketika melihat usaha yang dilakukan selama ini belum total, dan penyesalan ketika tiap melihat grafik traffic harian yang masih terjungkal.

Tapi, penyesalan selamanya akan menjadi penyesalan (yang hanya menyakitkan hati) jika kita tak pernah mau mengambil pelajaran-pelajaran darinya.

Oleh karena itu, saya ingin berbagi 5 penyesalan terbesar selama belajar di Pesantren Sintesa, agar tidak hanya menjadi pelajaran bagi diri sendiri, tapi juga untuk kamu yang ingin mendaftarkan diri menjadi santri Sintesa angkatan-angkatan berikutnya. :)

1. Tidak Menulis

Menulis
giphy.com

Hal pertama yang saya sesali adalah tidak menulis. Bukan, bukan dalam artian tidak menulis konten artikel di dalam website, tetapi tidak menulis ulang materi-materi yang didapatkan selama belajar di Sintesa.

Sebenarnya, menulis ulang (mencatat) materi dan pelajaran merupakan suatu hal yang dianjurkan di sini. Tetapi, terkadang rasa malas untuk mencatat ulang materi yang diajarkan tiba-tiba menyergap.

Padahal, yang harus kita sadari adalah tiap otak manusia memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap suatu informasi. Apalagi jika informasi yang kita dapatkan tersebut adalah suatu yang sangat asing sebelumnya.

Oleh karena itu, perlu dilakukan hal tambahan yang nantinya bisa membantu informasi dan pelajaran tersebut bisa tetap menempel di dalam ingatan kita.

Hipotesis Hermann Ebbinghaus
Grafik Hipotesis Hermann Ebbinghaus

Karena, menurut hipotesa yang dibuat oleh seorang psikolog, Hermann Ebbinghaus (1885), ketika kita belajar informasi baru, kondisi terbaik kita paling mengingat (100%) adalah ketika kita baru saja selesai mempelajarinya.

Dan seiring berjalannya waktu, ingatan terhadap informasi baru tersebut akan menurun, melemah sampai menjadi lupa (0%) hanya dalam waktu sekitar 3 bulan saja.

Lalu, bagaimana agar informasi dan pelajaran yang baru kita pelajari tidak menghilang begitu saja di kepala kita?

Pertama, ulang segera segala materi pelajaran dan informasi yang baru kita dapatkan (review). Kedua, tulis kembali apa saya yang baru dipelajari dan dibaca.

Ketiga, praktikkan segera materi-materi yang baru saja kita dapatkan. Terakhir, ajarkan ilmu dan pelajaran yang kita dapatkan kepada orang lain.

Jadi, jangan lupa untuk selalu mencatat semua pelajaran yang baru kita dapatkan. :)

2. Tidak Membaca

giphy.com

Di Sintesa, setiap santri tidak hanya mendapatkan materi pelajaran yang diberikan oleh para guru/ustadz, tetapi juga diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi materi-materi lainnya di buku, e-book, maupun di situs-situs online.

Ya, hal kedua yang saya sesali adalah tidak membaca. Dalam artian masih banyak waktu yang saya sia-siakan padahal bisa digunakan untuk membaca dan mencari materi tambahan.

Padahal, bisa saja dengan mencari dan membaca materi-materi tambahan kita akan mendapatkan insight baru yang bisa menjadi inspirasi untuk melakukan optimasi atau inspirasi untuk bisnis yang akan kita geluti.

Jadi, selama menjadi santri jangan hanya pasif menunggu materi pelajaran yang diberikan oleh para guru, tetapi jadilah aktif dengan cara mencari dan membaca materi pelajaran dari sumber-sumber yang lain.

Beberapa situs yang biasanya saya jadikan sumber bacaan tambahan adalah:

  • Backlinko.com
  • Fatstacksblog.com
  • Searchengineland.com
  • Searchenginejournal.com
  • Panduanim.com
  • Revorma.com

3. Tidak Bertanya

giphy.com

Hal ketiga yang saya sesali adalah tidak bertanya. Di akhir setiap pemberian materi pasti selalu ada sesi tanya jawab. Alhamdulillah, pada beberapa pertemuan saya selalu memanfaatkan kesempatan untuk bertanya tersebut.

Entah menanyakan materi yang memang benar-benar tidak saya pahami, sampai menanyakan hal-hal ringan sekadar untuk mencairkan suasana. :)

Tetapi, bukan itu yang saya sesali. Yang saya sesali adalah tidak memanfaatkan kesempatan yang mungkin tidak semua orang bisa dapatkan, yaitu bisa berinteraksi langsung dengan guru-guru terbaik di bidangnya.

Ada Mas Vatih dengan ilmu internet marketing-nya. Mas Said dengan ilmu bisnis online-nya. Mas Umar dan Mas Hammad dengan ilmu agamanya. Juga Mas Into dan Mas Juki dengan ilmu SEO-nya.

Padahal, selama rentang waktu satu tahun dan privilage sebagai seorang santri Sintesa seharusnya saya bisa memaksimalkan kesempatan untuk bertanya hal-hal baru yang belum saya mengerti. Mumpung bertemu dengan para ahlinya langsung.

Oleh karena itu, untuk para santri angkatan selanjutnya jangan sampai melewatkan kesempatan ini. Karena ketika kita sudah lulus dari Sintesa kemungkinan untuk berinteraksi langsung dengan guru-guru di sini pun pasti akan mengecil. :’)

4. Pulang

giphy.com

Jadi, di Sintesa terdapat peraturan yang membolehkan para santrinya untuk izin pulang ke rumah. Jumlah akumulasi izin pulang selama satu tahun itu adalah 30 hari, dengan maksimal satu kali kepulangan itu maksimal hanya 7 hari.

Nah, jiika dibandingkan dengan para santri yang lain mungkin kuantitas kepulangan saya ke rumah lebih banyak. Ini tidak terlepas dari ada hal-hal mendadak yang harus saya kerjakan di rumah.

Dan hal inilah yang menjadi salah satu hal yang saya sesali. Kenapa?

Pertama, ketika pulang praktis kita tidak akan mendapatkan materi secara langsung ketika ada materi yang disampaikan oleh Mas Vatih dan guru-guru yang lain. Padahal materi yang disampaikan langsung oleh guru akan berbeda jika disampaikan kembali oleh teman-teman yang lain.

Kedua, ketika pulang biasanya kita akan sulit untuk mengerjakan tugas-tugas maupun kewajiban dari pondok. Karena ketika sudah di rumah pasti kita akan fokus untuk mengerjakan hal-hal lainnya.

Dan itu berimbas dengan menumpuknya tugas ketika kita kembali ke pondok. Padahal teman-teman yang lain sudah selesai dan kita harus memaksimalkan waktu yang ada untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal.

Ketiga, ketika pulang biasanya kita akan kehilangan momentum. Maksudnya? Ketika di pondok pasti kita sudah terbiasa dengan aktivitas dan tugas-tugas yang diberikan.

Dan karena sudah terbiasa melakukan hal-hal seperti menulis artikel, riset keyword, dan menanam backlink, kita akan dengan mudah dan cepat melakukan hal-hal tersebut.

Dan ketika kita pulang ke rumah untuk beberapa hari dan kembali lagi ke pondok, biasanya kita akan kehilangan momentum dan harus beradaptasi (sedikit) lagi dengan aktivitas selama di pondok.

Oleh karena itu, pastikan ketika akan pulang ke rumah karena memang benar-benar ada hal yang sangat penting. Dan jangan terlalu lama juga berada di rumah. Karena bisa saja kita ketinggalan banyak hal-hal penting.

5. Tak Ada Perubahan

giphy.com

Terakhir, hal yang benar-benar akan saya sesali adalah ketika ketika sudah lulus nanti ternyata tidak ada perubahan yang terjadi dalam diri ini.

Waktu yang sudah dijalani selama setahun ternyata berlalu begitu saja, tanpa ada perubahan yang berarti.

Perilaku buruk yang sering kita lakukan sebelum masuk ke pondok ternyata masih sering kita lakukan setelah lulus nanti. Lisan kurang baik yang sering kita ucapkan sebelum masuk ke pondok ternyata masih sering kita ucapkan setelah lulus nanti.

Dan yang paling buruk, ketika segala ilmu yang didapatkan selama setahun penuh tidak kita amalkan setelah lulus nanti. Bukan karena ketidakmampuan kita, tetapi karena kemalasan dan keengganan untuk mengamalkannya.

Inilah seburuk-buruknya hal yang pasti akan paling saya sesalkan jika bena-benar terjadi. Semoga tidak, insya Allah.

Penyesalan
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Yaitu orang-orang yang hari sekarang tidak lebih baik dari hari kemarin, dan hari esoknya tidak lebih baik dari hari sekarang.

Dan semoga, penyesalan-penyesalan ini menjadi pelajaran yang berharga buat diri saya pribadi, dan juga untuk teman-teman yang akan menjadi santri Sintesa angkatan selanjutnya.

Semoga bisa bermanfaat. :)

Leave a Comment