Sintesa, pondok pesantren ini memang sangatlah berbeda dari yang lain. Bagaimana tidak? Para santri dibebaskan untuk bermain game, nonton Youtube dan film selama mereka berada di asrama. Ya, kebijakan tersebut tentu tidak berlaku untuk setiap hari, melainkan para santri diberi jatah libur selama 2 hari yakni Sabtu dan Minggu.
Dua hari tersebut merupakan hari yang paling dinanti-nanti para santri untuk melepaskan semua penat yang ada di kepala mereka. Kebijakan hari libur ini sudah dibuat semenjak Pesantren Sintesa dirintis oleh angkatan pertama.
Ya, bisa dibilang angkatan pertama-lah yang membangun semua struktur awal berjalannya sistem di Sintesa. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Dan kini sistem tersebut telah berjalan sedemikian rupa.
Jam libur para santri diawali pada Sabtu sore setelah shalat Ashar. Namun, sebelum itu para santri diajak untuk menyimak wejangan rutin yang dibawakan oleh Kiai sekaligus pendiri Pesantren Sintesa, Ibrahim Vatih.
Dalam salah satu wejangannya yang lalu, beliau memaparkan tentang bagaimana tahapan-tahapan sebelum melangsungkan pernikahan. Dimulai dari permohonan izin dari orang tua sampai ta’aruf.
Saya sendiri menilai bahwasanya wejangan tersebut sangatlah penting. Kenapa? Karena tak sedikit dari untuk anak muda jaman sekarang yang tak mengenal apa itu ta’aruf.
Budaya Barat telah merasuk pada pola pikir mereka. Hingga akhirnya, tak sedikit dari generasi muda tersebut telah terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan cinta sesaat yaitu pacaran.
Setengah jam berlalu, wejangan telah usai. Saatnya para santri memulai bercengkrama dengan dunia hiburannya masing-masing. Ada yang langsung nonton film, main game bahkan memilih refreshing keluar sejenak menggunakan motor pondok.
Banyak sekali fasilitas yang diberikan pengelola Sintesa kepada para santri. Saya sempat bayangkan jikalau pesantren ini menjadi tidak gratis alias berbayar, pastilah dana yang dikeluarkan oleh orang tua saya begitu banyak.
Lanjut, saya sendiri lebih memilih main game ketimbang menonton film disaat liburan. Game yang sering saya mainkan adalah Pro Evolution Soccer 2016 atau biasa disingkat PES 2016. Adu tanding dengan santri-santri lainnya pun tidak jarang saya lakukan.
Biasanya kami menggunakan monitor LED selebar 32 inch dari inventaris pondok. Ini bertujuan agar tampilan layar yang dihasilkan semakin mantap selayaknya rental PS3 di pinggir jalan hehe.
Dimana ada menang, disitu ada kalah. Sembari beradu tanding, kami juga biasanya saling lempar candaan kepada tim yang kalah. Bercanda yang ringan tentu saja tidak akan menyakiti perasaan orang lain.
Karena pada hakikatnya, bercanda membuat kita saling mengenal dengan pribadi mereka yang berbeda. Sehingga ukhuwah kekeluargaan para santri semakin melekat dan terbangun dengan baik.
Pertandingan game sepakbola pastinya tidak lepas dari yang namanya rivalitas alias lawan berat. Kadang menang, kadang kalah. Persis kayak main jungkat-jungkit. Nah, di ponpes Sintesa ini saya memiliki rival abadi, yah bisa dibilang agak berat dikitlah hehe.
Sebut saja Aziz, permainanya yang ngotot dan berjibaku selalu ia tunjukkan ketika bertanding melawan saya. Pertanyaanya adalah, siapa yang paling banyak kalah? Haha, jujur saya ngga mau jawab. Ngga enak kalo ngumbar aib orang disini. :D
Game lainnya yang juga tidak kalah seru dimainkan oleh para santri Sintesa yakni Counter Strike: Condition Zero. Udah tau kan game ini genre-nya apa? Sepintas game ini memiliki grafis jadul. Namun dibalik itu semua, terdapat keseruan yang pastinya bikin kamu ketagihan.
Dari total 33 santri, biasanya ada 6 sampai 10 pemain yang tertarik dengan game tembak menembak tersebut. Seringkali kami membagi menjadi dua tim antar angkatan 2 dan angkatan 3, entah itu sebagai counter terrorist atau terrorist.
Hingga adzan maghrib menggema, kami langsung meninggalkan segala aktifitas hiburan yang ada untuk segera bergegas menuju masjid.
Main sih boleh, asal jangan lupa sholat ya guys hehe.
Jadwal para santri Sintesa selepas sholat Magrib yakni makan malam. Disini kami menggunakan nampan atau baki sebagai alas makan. Sama halnya pondok Gontor, tujuan penggunaan nampan tersebut agar para santri dapat saling berkomunikasi dan membangun keakraban satu sama lain.
Kemudian dilanjutkan dengan sholat Isya berjama’ah. Seusai sholat, biasanya kami langsung pulang melanjutkan hiburannya masing-masing. Namun, tak sedikit pula mereka yang masih berada di masjid hanya sekedar membaca Al-Qur’an sejenak lalu kembali ke asrama lagi.
Dirumah kamu sering nonton bareng? Tenang, disini juga bisa kok hehe. Seperti yang saya bahas di paragraf ke-6 yang mana kami disediakan TV LED selebar 32 inch dari pihak pengasuh. Nah, dari TV LED itu kita bisa bebas nonton apapun.
Nonton siaran liga Inggris? Bisa! Pihak pengasuh telah menyediakan UseeTV agar kita bisa menonton saluran TV kabel. Keren bukan?
Selain itu kamu juga bisa nonton film rame-rame lho. TV sekarang emang udah canggih-canggih, nggak kayak dulu lagi. Cukup colokkan USB Flashdisk di bagian samping TV, kemudian di-setting biar bisa buka file filmnya. Dan taraaaa! Bioskop Sintesa telah dimulai hehe.
Tidak ada aturan jam tidur saat hari libur, semuanya dibebaskan. Asal para santri tetap sholat subuh berjama’ah di masjid. Kalo sholatnya ngga jama’ah? Ya tanggung sendiri resikonya.
Berlanjut ke hari Minggu. Selepas begadang semalaman, rasa ngantuk pasti timbul di pagi harinya. Tidur pagi, ya sebenarnya kebiasaan ini tidak baik bagi kesehatan kita. Oleh karena itu, Sintesa hanya memperbolehkan para santri tidur pagi selain di hari aktif yaitu senin sampai sabtu.
Dulu, sebelum angkatan 3 mendarat di bumi Sintesa. Kami angkatan 2 dan angkatan pertama mengadakan rutinitas senam pagi khusus hari minggu. Selain menyehatkan akal dan pikiran selama berada di depan laptop, senam pagi juga bertujuan agar para santri tidak kembali tidur seusai sholat subuh.
Jujur, saya lebih suka main game ketimbang tidur. Apalagi kalau game-nya seru. Lain lagi ceritanya bila rasa kantuk itu telah berada pada puncaknya, alhasil saya langsung nyerah dan langsung tidur huehehe.
Kegiatan pribadi lainnya yang bisa saya lakukan di hari minggu adalah jalan-jalan. Dalam hal ini pihak pengasuh telah memfasilitasi satu sepeda motor yang dapat digunakan secara bergantian atau bergiliran.
Pilih Madiun atau Alun-alun Magetan? Biasanya saya lebih memilih Madiun ketimbang Alun-alun Magetan. Di Madiun kita bisa menikmati pemandangan kota. Madiun juga punya mall lho. Meskipun tidak sebesar mall yang ada di Surabaya, setidaknya itu bisa mengobati rasa kangen saya terhadap kampung halaman.
Kalau dipikir-dipikir, sebenarnya banyak sekali fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma dari pihak pengasuh kepada para santri Sintesa. Asalkan fasilitas-fasilitas tersebut digunakan dengan semestinya.
Bagi saya sendiri, diterima belajar di Sintesa adalah kesempatan yang wajib disyukuri. Karena tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tersebut, entah itu karena umur yang sudah di atas 25 tahun atau faktor-faktor yang lain.