Selama di Sintesa, kami selalu dituntut untuk produktif dalam setiap aktifitas yang dilakukan, termasuk diantaranya dalam hal update website.
Seperti ritual-ritual yang sudah dilakukan sebelumnya oleh para angkatan-angkatan pendahulu kami, yakni angkatan 1&2.
Mereka selalu meneyempatkan sejenak dari waktunya untuk camping ceria, atau biasa disebut juga dengan Rihlah.
Tujuannya tidak lain adalah untuk mengapresiasi apa yang telah dicapai selama di Sintesa, dan untuk me-refresh kembali semangat para santri supaya selalu produktif.
Sebelum kami diapresiasi, pastinya kami harus terlebih dahulu menyelesaikan suatu quest. Quest ini bisa dibilang cukup sulit untuk pemula, tapi cukup mudah juga untuk orang-orang yang yang udah tahu caranya. :D
Quest disini adalah, semua santri minimal harus mencapai organic search dari Google sebanyak 100 biji, baru kami bisa mendapatkan apresiasi kemping-kemping ceria.
Singkat cerita, setelah semua santri mencapai target yang telah diberikan, barulah akhirnya kami bisa merencanakan perjalanan untuk berpetualang.
Awal mulanya, banyak yang mengusulkan tempat-tempat petualangan yang mengagumkan di Jawa Timur. Mulai dari magetan, madiun, sampai Gunung Lawu.
Sebanarnya banyak dari teman-teman yang kepingin untuk menaklukan Mt.Lawu, yaa katanya sih karena mumpung masih belum ada yang ‘ngurus’.
Namun setelah menimbang faktor ini dan itu, salah satunya adalah kesulitan teman kami yang memiliki ‘ransel’ berlebihan, akhirnya kami semua setuju untuk sekedar kemping ceria di Gunung Masjid.
Ini ngga tau juga yaa kenapa dinamain gunung Masjid, buat yang pertama kali denger mungkin ngebayanginnya ada masjid di gunungnya. Yaa tapi jangankan dipuncaknya, disekitarnya aja ngga ada masjid, adanya sih mushola aja. :D
Akhirnya setelah melalui segala persiapan, pada hari Ahad tanggal 7Agustus 2016, kami pun berangkat menuju Gunung Masjid.
Pada perjalanan kali ini kami berangkat dengan 2 mobil, 3 motor, dan 6 helm.
Untuk yang mobil, satu milik pondok, dan satu milik Mas Vatih.
Buat yang motor, satu milik Mas Agus, satu milik Boss Rohman, dan satu milik pondok (sebenernya motor ini punya Mas Vatih, tapi ngga tau kenapa judulnya jadi motor pondok).
Nah yang paling gokilnya ini helm. Buat yang helm singkat cerita kurang satu, akhirnya teman-teman pun memutuskan untuk meminjam helm-nya Mba Dwi (orang yang berjasa memasakan makanan 8 sehat 9 sempurna untuk kami) satu.
Kemudian kami pun berangkat bersama-sama untuk rihlah bersama menuju Gunung Masjid. Yaa walaupun yang di mobil agak2 berasa ikan pepes, karena beberapa volume teman kami diatas rata2. *Maafkan ??
Mulanya kami melewati jajaran pepohonan yang rindang dan sejuk, dengan sedikit hawa panas jam 10, dan AC mobil yang ngga kerasa karena terlalu banyak penumpang di dalam mobil.
Buat yang naik motor mungkin asik-asik menikmati sejuknya angin pedesaan.
Sebelum menuju ke gunung Masjid, kami mampir sejenak di Gunung Beruk, dan di rumah salah satu teman kami untuk istirahat sejenak, makan gratis, dan sholat dzuhur dan ashar. ?
Berikut beberapa kenangan kami ketika mampir di rumah Pak Boss.
Baru setelah itu kami memulai perjalanan lagi menuju Gn.Masjid.
Tapi seperti jalan kehidupan, tidak ada yang lurus dan mulus. Akhirnya jalan seru yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Dengan medan jalan layaknya permukaan Neptunus, plus guncangan luar biasa seperti gempa skala 8+, akhirnya kami pun sampai di bawah kaki Gunung Masjid yang ditunggu-tunggu.
Sejenak kami pun melupakan urusan dunia, dan menghadap kepada yang Maha Kuasa. Dan dilanjutkan dengan istirahat dan persiapan sejenak di depan Mushola.
Akhirnya waktu yang dinantikan pun tiba, setelah semua persiapan dan persediaan telah siap sedia, kami pun berdoa sejenak untuk keselamatan, dan keberkahan dari yang Maha Segalanya.
Setelah selesai berdoa, akhirnya kami pun memulai perjalanan menaklukan Gunung Masjid sebagai rihlah kami yang pertama.
Sedikit penampakan dan strungling kami ketika naik ke atas.
Sebenarnya ngga menaklukan juga sih, cuma sekedar jalan tapi menanjak aja. Soalnya mendakinya cuma sekitar 1-2 jam, itu pun sudah sampai di puncak.
Tapi setiap orang berbeda-beda, tergantung kaliber kekuatan otot kakinya, dan kelebihan ‘ransel’nya.
Buat yang udah sering naik gunung, yang ini mah emang ngga ada apa-apanya. Tapi buat yang biasa lari 5 menit aja udah ngga bisa nafas, wah ini tuh udah berasa kayak Gunung Mahameru di kali 5.
Saya termasuk di rombongan paling akhir jalannya, karena itu saya tau siapa aja yang kesulitan, dan bawa ‘ransel’nya berlebihan. Huahuahua
Tapi karena saya sudah tidak sabar ingin menikmati pemandangan luar biasa di puncaknya, plus selfie-selfie ceria. Akhirnya saya memutuskan untuk sprin sampai ke atas.
Hanya jarak sekitar 30-45 menit, saya sudah sampai bersama dengan teman-teman di rombongan pertama.
Sambil menunggu beberapa teman kami yang agak terakhiran naiknya, akhirnya kami pun memutuskan untuk foto-foto asyik sebagai kenangan di masa depan. Berikut sedikit pencitraan kami sebelum sampai di puncak Mt.Masjid.
Nah kalau yang ini beberapa pencitraan teman kami yang naiknya agak belakangan karena ‘ransel’-nya berlebihan. *Padahal mah naiknya ngga bawa ransel ?
Setelah selfie-selfie ceria, salah satu teman kami yang ahli dalam gunung-menggunung memeriksa sejenak di puncak, apakah bisa atau tidak kami mendirikan kemah untuk tinggal semalam di puncak gunung ini.
Setelah berbagai perhitungan dan pertimbangan, kata beliau tidak memungkinkan untuk medirikan kemah di puncak. Akhirnya kami pun turun sedikit ke bukit yang lebih rendah untuk mendirikan singgasana kemah untuk bermalam.
Karena sudah ingin gelap, tanpa basa basi akhirnya kami pun langsung mendirikan tenda yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Yaa walaupun ada laah yang cuma asik duduk-duduk nontonin mereka-mereka yang lagi diriin tenda.
Tetapi tiba-tiba, entah itu karena apa, hembusan angin malam yang luar biasa membuat para pendiri tenda kami kesulitan. Baru akhirnya, ketika maghrib datang, tenda baru selesai didirikan. Setelah itu, kami pun langsung sholat Jama’ taqdiim secara bergantian.
Seperti kegiatan biasanya, setelah sholat maghrib dan isya, kami pun masak-masak sejenak untuk menjinakkan perut-perut yang lapar setelah mendaki Gunung Masjid.
Kegiatan selanjutnya setelah makan adalaaah, ngga ada acara. Yup, jadi masing-masing dari kami kegiatannya berbeda-beda.
Ada yang udah tidur duluan (kebiasaan lama memang sulit dihilangkan), ada yang chat-chat an dengan kondisi sinyal yang memprihatinkan, ada juga yang duduk-duduk asyik menikmati gemerlapnya bintang sambil makan-makan cemilan, nah saya ikut yang duduk-duduk ini. ?
Setelah berbincang-bincang tentang hal-hal duniawi, akhirnya kami pun merasa cukup lelah dan tertidur di bawah bintang-bintang. *Asiik
Singkat cerita, pagi pun menyingsing. Sebelum melakukan aktifitas lainnya, kami pun sholat subuh berjamaah secara bergantian.
Setelah itu, kami pun melakukan aktifitasnya masing-masing.
Kegiatan selanjutnya adalah sarapan. Yup, tau sendiri gimana kondisinya di gunung, mau ngapa-ngapain susah. Alhasil proses persiapan sarapannya pun juga cukup lama.
Ini dia sedikit gambaran persiapan sarapan.
Tanpa mengulur lebih banyak waktu lagi, saya dan beberapa teman lainnya yang juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang jarang ini, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan singkat sambil berfoto-foto asyik dengan suasana sejuk, dan kombinasi sempurna mentari pagi.
Berikut beberapa foto narsis kami dengan suasana mentari pagi Gunung Masjid
Abaikan komuk-komuk tidak biasa kami
Setelah berayik ria dengan selfie-selfie bersama, saya bersama beberapa teman akhirnya memutuskan untuk kembali ke kemah. Yup, karena sepertinya sarapan pagi telah siap.
Setelah sarapan, tanpa menunggu lebih lama lagi, kami langsung bersiap membereskan segala ke kacauan yang terjadi di kemah kami, untuk turun ke tempat di mana kami berangkat.
Kenangan beresin tenda in Mt.Gunung.
Tujuannya adalah supaya ketika sedang menuruni gunnug, kami tidak mendapatlan terik matahari di siang hari.
Eits, nanti dulu, sebelum kami turun dari Gunung Masjid, akan sangat sia-sia kalau kami tidak berfoto sejenak untuk kenang-kenangan di masa depan kelak.
Baru setelah kami selesai berfoto ria, kami pun mulai menuruni gunung satu per satu.
Singkat cerita, ketika itu kami sudah sampai di Mushola tempat kami bersiap kemarin.
Nah masalahnya, mobil yang menjemput kami masih sedang dalam proses pencarian. *Ciaah
Setelah menunggu sekian waktu, akhirnya mobil yang menjemput kami pun datang, yang kemudian langsung dilanjutkan dengan perjalanan pulang kami menuju pondok tercinta.
Karena semuanya lelah, tanpa terasa kami pun sudah sampai di Pondok tercinta, Sintesa.
Cerita tak hanya selesai sampai disitu.
Karena lelahnya perjalanan kembali dari Gunung Masjid, kebanyakan dari kami langsung tidur dan tidak tahu apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat, ketika mba dapur menanyakan tentang helm-nya. Barulah terjadi keributan antar sesama yang naik motor.
Kemana helm-nya mba Dwi??
Akhirnya setelah melalui proses investigasi oleh Ketua dan anak buahnya, dan dihitung berulang kali, alhasil hanya 5 helm yang ada, plus 1 helm asing tak dikenal.
Kemudian dengan perasaan agak-agak canggung dan tidak enak, ketua pun akhirnya mengabarkan kepada mba Dwi kalau helm-nya hilang, dan entah kemana.
Tadinya mereka-mereka yang naik motor ingin menggantinya, tapi ngga tau hasil akhirnya gimana, yang penting sekarang hal tersebut udah ngga dipermasalahkan, semoga helm Mba Dwi tersebut tenang di alam sana.
Tamat.
© Copyrighted Photo Based on Mas Vatih & Mas Rohman’s Camera