Banyak orang mencoba peruntungannya dengan membuka usaha, namun kemudian gagal. Dan kesalahan yang paling umum terjadi adalah karena ia hanya merubah profesinya dari pekerja menjadi wirausaha.
Padahal, yang pertama kali harus ia lakukan adalah merubah caranya berfikir, dari cara berfikir seorang pekerja menjadi cara berfikir seorang pengusaha.
Butuh waktu panjang? Tentu. Segala sesuatu itu butuh proses.
Pernah mendengar konsep pembelajaran 70/20/10?
Di mana 70% pembelajaran terjadi dari pengalaman. Termasuk juga tugas-tugas serta pemecahan masalah yang pernah dilakukan.
20% berasal dari riset / pengamatan dan masukan (feedback) dari orang lain.
Dan 10% sisanya berasal dari pendidikan formal.
Konsep semacam ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert Eichinger dan Michael Lambardo. Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa pengalaman lah yang punya peran sangat besar dalam proses pendewasaan.
Atau paling tidak kamu harus tahu dari mana harus memulai sesuatu. Yaitu dengan cara belajar dari pengalaman orang lain yang sudah pernah atau sudah punya pengalaman di bidang tersebut.
Selain meminimalisir resiko kegagalan, belajar dari orang lain juga bisa mempersingkat waktu yang kamu butuhkan untuk benar-benar menguasainya.
Hal pertama yang perlu kamu ketahui sebelum memantapkan hati untuk berwirausaha adalah siapkah dengan segala resiko yang akan kamu terima nanti? Penghasilan tidak pasti, rugi atau bahkan bangkrut?
Tapi setidaknya kamu harus memulai dan habiskan jatah gagalmu (semoga tidak gagal).
Baiklah, memulai bisnis (strat-up) merupakan titik kritis pertama yang harus kamu lalui jika ingin menjadi seorang pebisnis (Bagaimana mau jadi pebisnis, kalau mulai saja belum?).
Adapun mindset yang perlu kamu miliki untuk memulai sebuah bisnis adalah.
Bisnis bukan hanya soal uang.
Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa uang adalah segalanya, apalagi ketika ingin memulai sebuah usaha.
Berapa modal yang harus disiapkan? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Dan pada akhirnya tergoda dengan hal-hal yang justru akan membuatnya makin terpuruk. Yaitu dengan ambil pinjaman di Bank atau sejenisnya.
Ketahuilah, dana dari Bank itu tidak akan membuat bisnis menjadi besar. Kaya tidak, terhina iya (Ingat dosa Riba). Sudah banyak contohnya. Mau? Ngga usah lah ya!
Jikalau belum punya modal untuk memulai usaha. Cobalah untuk menjadi bagian dari bisnis orang lain untuk sekalian belajar.
Mulailah dari bagaimana kamu harus mendapatkan sales. Pasarkan produk orang lain atau bahasa kerennya jadi dropshipper, tabung sedikit demi sedikit keuntungan yang kamu dapat untuk menyiapkan modal.
Jika modal sudah dirasa cukup. Mulailah ke bisnis prosesnya. Beli barang untuk kemudian kamu jual lagi. Di sini kamu akan belajar bagaimana mengelola dan mendistribusikan stock barang.
Bisnis bukan bakat, tapi skill.
Seseorang yang sukses di dunia bisnis adalah pribadi yang punya keyakinan tinggi serta keuletan, bukan hanya karena bakat. Jadi, jangan pernah minder karena kurang berbakat, sebenarnya bakat itu bisa diganti dengan keuletan bukan?
Satu hal lagi, bisnis itu skill. Sedangkan skill (Ketrampilan) adalah segala sesuatu yang bisa dipelajari.
Ada banyak sekali tempat yang bisa kamu datangi untuk belajar bisnis, salah satunya adalah Sintesa (uhuk). Atau bisa juga datang ke workshop-workshop bisnis terdekat di kota kamu.
Titik kritis selanjutnya adalah ketika kamu ingin melakukan scale-up. Apa itu scale-up? Scale = ukuran, up = menambah, memperbesar, menaikkan dan lain sebagainya.
Jadi, scale-up adalah menambah ukuran yang perlu ditambah. Itu!.
Lalu kapan scale-up itu? Ya ketika kamu sudah siap / butuh untuk scale-up. Atau ketika bisnis kamu sudah kokoh pondasinya. Adapun komponennya adalah.
Resources (sumber) yang jelas.
Sumber yang dimaksud di sini adalah terkait sumber daya manusia, finansial (cash flow yang sehat) serta sarana dan pra-sarana untuk menunjang proses produksi.
Manajemen kontrol sistem yang baik
Manajemen kontrol sistem merupakan sebuah manajemen yang berfungsi untuk mencapai tujuan suatu bisnis yang mencakup berbagai macam divisi yang ada dalam sebuah bisnis.
Seperti sumber daya manusia, finansial serta keseluruhan divisi yang terlibat dalam strategi peningkatan usaha.
Adapun komponen manajemen kontrol sistem ini terdiri dari 3 tugas utama.
Yaitu, menetapkan standart tujuan (goal), menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mecapai goal, dan yang ketiga adalah menyiapkan solusi jika terjadi miss antara goal dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan.
Itu baru baru pondasi, belum yang lainnya.
Ibarat sebuah bangunan, tak bisa dikatakan sebagai rumah atau sejenisnya jika hanya punya pondasi saja. Begitu juga dengan bisnis.
Untuk punya bisnis yang kokoh layaknya sebuah bangunan tentu juga perlu adanya tiang penyangga yang kokoh pula. Adapun komponennya adalah.
Business model (bisnis model) yang jelas.
Secara ringkas, model bisnis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjelaskan atau memetakan bagaimana bisnis kamu akan survive.
Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah dengan membuat bisnis model canvas. Singkatnya, bisnis model canvas adalah rangkaian langkah analisis dan taktis untuk menemukan model bisnis apa yang paling tepat untuk produk yang kamu miliki.
Untuk lebih jelasnya bisa kamu search sendiri di Google.
Leaderships yang baik.
Apa hubungannya bisnis dengan leaderships? Yang namanya bisnis, tentu tidak bisa kita jalankan sendiri, produksi sendiri, packing sendiri, kirim sendiri, pokoknya semua sendiri.
Maka, sebagai bisnis owner (istilah kerennya sih gitu) kita dituntut untuk memiliki skill leaderships yang baik agar sumber daya manusia yang kita kelola mau dan mampu untuk menjaga bisnis kita selalu sehat.
Strategi yang up-to-date
Di tengah perkembangan teknologi seperti sekarang ini kita benar-benar dituntut untuk selalu siap sedia setiap saat.
Termasuk juga dengan strategi bisnis yang akan kita terapkan untuk menaklukan pasar.
Teknologi terhangat
Lagi-lagi kita dituntut untuk selalu siap. terlebih dengan perkembangan teknologi seperti saat ini. Beda satu fitur yang sebenarnya ngga terlalu berguna pun bisa menyebabkan produk kita diacuhkan.
Contohnya seperti yang terjadi pada produk smartphone, laptop dan lain sebagainya. Ini bukan hanya berlaku pada fitur yang dibawa, tapi juga tentang bagaimana produk kamu dibuat.
Sampai di sini saya harap sudah ada gambaran mengenai teknologi ini. Dan selanjutanya adalah.
Siap dengan faktor X
Kita tidak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Baik itu diri kita sendiri ataupun bisnis yang kita miliki.
Sukses, rugi, atau bahkan bangkrut adalah resiko yang harus siap kita terima jikalau memang itu harus terjadi (semoga saja tidak).
Tapi yang jadi pertanyaan adalah siapkah kamu untuk memulainya hari ini?
dari sini saya mengerti dan faham tentang riba. dan saya berniat untuk melunasi segera