Gak terasa sudah detik-detik terakhir selesai dari Sintesa. Meskipun hanya 12 bulan lamanya, tapi manfaatnya sungguh terasa. Tulisan ini saya buat untuk cerita anak cucu, sekaligus untuk bahan nostalgia di masa depan.
Sekarang saya katakan, “Di masa depan nanti tepatnya 10 tahun lagi, saya akan jauh berbeda dari sekarang. Kalaulah sekarang masih bau kencur, mungkin di masa depan jadi bau dollar (hahaha)”, lalu di masa depan saya mengatakan, “Aku yang dulu bukanlah yang sekarang… (nyanyi), Alhamdulillah sekarang sudah jadi orang (emangnya dulu apaan). Sekarang semuanya serba cukup. Mau beli rumah cukup, mau beli mobil cukup, mau banyak sedekah dan donasi cukup, mau nikah lagi juga cukup (eits..eits..sssstt)”.
Pada saat itu saya ingin buka lagi catatan ini. Sambil santai besama keluarga, duduk di atas sofa empuk, ditemani sang istri bersandar di bahu kanan, sedangkan anak-anak sedang bermain-main di depan.
Dengan nada mengajak, “Ayo anak-anak, sini lihat pondok pesantren ayah, katanya mau pada mondok?”. Akhirnya kami semua duduk manis di ruang keluarga, kedua mata fokus melihat ke arah LED TV. Supaya cerita lebih renyah dan gurih, istri saya bergegas mengambil cemilan kentang goreng dan cumi goreng crispy “mmm…yummy”. Nah mulailah saya bercerita :)
Tempat Sakral Kursi Panas
Foto di atas ini adalah foto tempat belajar sekaligus bekerja selama mondok di Sintesa. Ada laptop legendaris ASUS X45U yang tak tergantikan semenjak awal masuk kuliah dulu. Disebelah kiri ada kipas angin mini biar gak kepanasan dan yang gak boleh ketinggalan, botol air minum yang harus selalu sedia, siap menemani dikala dahaga, airnya langsung ambil dari sumbernya (Pure It).
Di Sintesa saya banyak diajarkan tentang keseimbangan. Salah satunya bagaimana supaya seimbang di dunia dan di akhirat. Pelajaran yang terus saya pegang dan amalkan adalah kata-kata sang guru, “Supaya bisnis kita lancar, perbanyak dzikir dan sedekah” pesan Mas Vatih disela-sela materi.
Oleh karena itu, di sebelah kanan tersedia tasbih, posisinya dekat dengan hp dan mouse. Jadi sambil optimasi bisnis sempatkan juga untuk berdzikir. Teori salah, “semakin dekat tasbih dengan hp, semakin cepat pula closingan” haha. Yang betul, semakin banyak dzikir, semakin banyak dan mudah rejekinya.
Pohon Tin
Di angkatan III ada agenda untuk menghijaukan Sintesa dengan tanaman-tanaman hias dan non hias. Sang guru memerintahkan bala muridnya untuk menanam markisa. Harapannya agar seluruh pagar dipenuhi oleh tanaman rambat markisa.
Kebetulan sekali di rumah saya ada pohon tin yang sepertinya bagus kalau ditanam di pondok, itung-itung amal jariyah :). Akhirnya setelah libur Ramadhan, saya bawa 2 pohon tin yang siap tanam. Alhamdulillah pohon tinnya tumbuh subur. Lihat penampakannya di atas.
Amanah Siram Tanaman
Berangkat dari menanam pohon tin, saya akhirnya mendapat tugas dari sang guru. Sebuah tugas mulia untuk menghijaukan Sintesa, sesuai dengan motto pondok Sintesa “Bersama Hijaukan Generasi Indonesia”. Tapi tugas ini bukan untuk menghijaukan generasi Indonesia ya “Aku mah apa”, tugasnya yaitu menyiram tanaman setiap hari dan memastikan tanaman-tanaman tersebut terpenuhi haknya, bahasa kerennya mah tungkeb alias tukang kebun euy.
Pengalaman menjadi tungkeb di Sintesa haruslah prima, persoalan meracik suplemen untuk tanaman menjadi hal utama. Foto di bawah ini adalah beberapa bahan untuk membuat racikan suplemen tanaman.
- Ember Hijau
- Pupuk EM4
- Pupuk Green Star Nasa
- Untuk tanah bisa diambil dari bekas bakaran sampah di lapangan
Ternyata bukan hanya sekedar siram-menyiram. Ketika hendak menyiram tanaman hendaknya berdoa terlebih dahulu. Saya biasanya membaca basmalah, tasbih, tahmid, takbir dan istighfar lalu bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan begitu Insya Allah keberkahan akan selalu kita peroleh. Aamiin.
Sleeping Bag Tempat Naum
Ini dia tempat tidur saya, persis di bawah meja belajar. Jadi begitu jam tidur, saya langsung gelar sleeping bag dengan bantal putih bernoda. Santri di Sintesa memang telah di fasilitasi sleeping bag untuk tidur mereka. Setiap anak dapat satu, jadi kalau ada yang masih suka nyempil-nyempil, santri tersebut harus diwaspada.
Masjid Ngadirejo
Disinilah santri-santri Sintesa belajar menghafal Al-Qur’an. Pada semester pertama kami menghafal surat Ali ‘Imron dan di semester kedua menghafal surat Al-Kahfi. Metode menghafalnya sangat mudah, karena menggunakan metode talqqi. Jadi semua orang pasti bisa mengikutinya, selain itu juga sambil membetulkan bacaan Al-Qur’an (Tahsin). Sehingga harapan setelah lulus dari Sintesa minimal bisa jadi Imam sholat di Musholah atau Masjid.
Nah, setelah ceritanya habis. Saya langsung tanyakan ke anak-anak, “Siapa yang mau mondok di Sintesa?” semuanya angkat tangan. Ada satu anak saya yang paling kecil (perempuan) dengan lugunya ikut angkat tangan. Saya dan istri pun tersenyum, sambil bilang padanya, “Ade..Sintesa itu pondokan khusus laki-laki, nanti kalau ada pondok seperti Sintesa yang khusus perempuan, Ade mau yaa..?”, “mauuu…” jawabnya penuh semangat.
Semuanya tertawa pecah, hanyut dalam kegembiraan, kehangatan bersama keluarga. Saat itu sang istri memberikan kecupan yang mendarat di pipi kanan, senyumannya membuat hati tentram. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya sambil membawa piring-piring bekas cemilan ke dapur. Anak-anak kembali pergi bermain dan saya kembali santai sambil mengecek perkembangan bisnis-bisnis yang sudah jalan. SELESAI.
Entah yang saya khayalkan di atas alurnya bisa mirip terjadi gak ya. Kalau gak ya gpp, kalau terjadi Masya Allah.
Doa saya untuk Sintesa,
Ya Allah berikanlah pondok ini santri-santri yang baik-baik dan perbaikilah santri-santrinya.
Ya Allah berikanlah pondok ini lingkungan masyarakat yang baik-baik dan perbaikilah lingkungan masyarakatnya.
Ya Allah jadikanlah pondok Sintesa ini sebagai pondok yang bisa menghasilkan orang-orang kaya, kaya di dunia dan juga kaya di akhirat, berakhlaqul karimah, faham agama, dekat dengan Al-Qur’an dan mau berjuang li i’laai kalimatika wa li iqomati syarii’atika. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.