Disini saya akan sedikit bercerita pada kalian semua. Bercerita tentang sebuah jembatan yang dikenal dengan jembatan tak kembali. Mungkin agak aneh dan membuat kalian bertanya, kenapa diberi nama seperti itu? Karena, siapapun yang menyeberangi jembatan tersebut, tak mungkin bisa kembali lagi. Disergap oleh sebuah batas yang ada di seberang sana, seberang yang penuh dengan kabut. Yang di mana ada kesempurnaan di dalamnya.
Tak bisa dipungkiri bahwa, meskipun berkabut, jembatan tersebut sebenarnya sangat indah. Kerangkanya yang penuh dengan warna dan berbagai macam fasilitas lainnya. Wajar saja, arsiteknya adalah arsitek terbaik. Sehingga bisa membuat siapapun terlena ketika melewatinya.
Jembatan tak kembali yang penuh misteri. Meskipun demikian, selalu ada saja yang menyeberangi. Penyeberangnya pun juga berasal dari berbagai macam kalangan. Baik tua, muda, kaya, miskin, pandai, bodoh dan lain sebagainya. Meskipun begitu, mereka selalu menunjukkan wajah yang ceria serta semangat penuh harap yang selalu menggelora.
Dan tak jarang ketika dalam perjalanan, terkadang mereka juga berdendang ria serta bersenda gurau dengan teman-temannya. Sepanjang perjalanan, mereka banyak menemui papan himbauan ataupun anjuran yang harus dilakukan ataupun yang tak boleh dilakukan. Kira-kira kita akan menemukan kesempurnaan tersebut nggak ya! Ujar si Fulan (salah satu orang yang sedang menyeberang).
“Nikmati aja perjalananmu, lagian kesempatan kita cuma sekali ini saja dan tak mungkin bisa kita mengulanginya lagi” Jawab mereka yang sedang menyeberang. Namun, dari kejauhan terdengar seperti ada yang menyahut ketika mendengar percakapan tersebut. “Kalian ikuti saja semua petunjuk tersebut, maka kalian akan menemukan kesempurnaan yang sedang kalian cari”.
Iya terima kasih, kami sudah tahu akan hal itu dan urus saja dirimu sendiri! Ujar salah seorang yang sedang menyeberang. Iya benar, urus saja dirimu sendiri “Imbuh dari yang lainnya”. Namun, si Fulan tadi berbeda pendapat dengan temannya tersebut. Dia lebih memilih untuk mematuhi semua petunjuk yang ada di jembatan tersebut.
Singkat cerita mereka semua sudah sampai di ujung dari jembatan tersebut. Mereka semua kaget bukan kepalang ketika melihat ujung jembatan tersebut ada sebuah pos, di mana dalam pos tersebut dijaga oleh makhluk menyeramkan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Mereka harus menjawab pertanyaan dari makhluk tersebut dan jawabannya harus tepat, jika mereka ingin melanjutkan perjalanan menuju tempat paling sempurna yang tinggal selangkah lagi.
Sayangnya mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari makhluk tersebut kecuali si Fulan. Karena jawaban atas semua pertanyaan tersebut ada di petunjuk yang mereka temui sepanjang perjalanan ketika sedang menyeberang jembatan tersebut. Namun sayang, mereka mengabaikan hal tersebut dan bahkan ketika ada yang mengingatkannya pun mereka tetap tidak peduli meski pada dasarnya mereka tahu akan hal itu.
Semua sudah terlanjur dan tinggal penyesalan yang tersisa, karena ini adalah “Jembatan tak kembali”. Jadi mereka harus tinggal di sana bersama dengan makhluk yang sangat menyeramkan di dalam tempat yang gelap dan menyakitkan. Hanya ada si Fulan yang berhasil melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang sempurna tersebut untuk selamanya.
Cerita di atas hanyalah sebuah perumpamaan yang coba saya buat melalui firman Allah Azza wa jalla dalam surat Al-`Aşr, ayat 1-3 berikut ini:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Surat Al-`Aşr, ayat 1-3)
Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:
”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori).
Hadits tersebut di atas menjelaskan betapa pentingnya memanfaatkan waktu. Karena tanpa kita sadari, kita sering kali lalai dan terlena dengan waktu yang kita miliki sekarang ini. Dalam sebuah hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)