Menurut saya bisnis adalah suatu usaha yang senantiasa memberikan income dimana sistemnya bisa diduplikasi tidak teratas waktu, tempat maupun pemiliknya.
Materi bisnis merupakan salah satu materi yang paling ditunggu-tunggu oleh para santri, apalagi dengan style dan gaya mas Vatih dalam menyampaikan membuat materi ini begitu asyik dan menghibur.
Setelah kami mengijakkan kaki di Sintesa, kami diberikan materi-materi yang berkaitan dengan bisnis, mulai dari standar hingga tujuan-tujuan yang harus dicapai saat menjalani bisnis.
Berikut ini adalah beberapa poin tentang standar bisnis yang ditetapkan oleh pesantren. Materi ini bukan serta merta harus dicapai oleh santri disini melainkan sebagai bekal yang sifatnya fleksibel.
1. Bisnisnya Bisa Ditinggal
Maksudnya bisa ditinggal disini adalah meskipun kita berada diluar kota bisnis tersebut tetap menghasilkan atau memberikan income.
Jika santri memiliki usaha yang mengharuskan pemilikya mengawasi setiap saat maka usaha tersebut belum bisa dkatakan bisnis.
2. Skalanya Bisa Diperbesar
Nah, ketika usaha kita telah berjalan maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah usaha yang kita geluti ini bisa diperbesar dan diperluas jangkauannya?
Misalnya dengan membuka beberapa cabang di kota-kota besar di Indonesia.
Jika usaha santri tidak masuk kategori ini maka guru kami mas Vatih, biasanya memberikan masukan.
Saran yang pernah kami dengar diantaranya adalah tetap dijalani namun tetap mempersiapkan jenis usaha yang bisa diperbesar sekalanya dan bisa ditinggal.
3. Bisa Beraktivitas Diluar Bisnis Yang Sedang Kita Geluti
Bisnis yang menjadi standar Sintesa selanjutnya adalah santri bisa beraktivitas diluar bisnis yang sedang dijalani.
Hal ini bertujuan untuk memperluas kenalan dan jaringan bisnis si santri itu sendiri. Dengan begini harapanya para santri bisa mengembangkan bisnis lain dengan berbekal pengalaman bisnis yang sedang dan telah dijalani.
4. Memiliki Profit Lebih Dari 50 Juta/Bulan
Selanjutnya adalah masalah profit, dari sekian standar, menurut saya poin inilah yang paling berat. Nilai yang distandarkan oleh pesantren bukanlah sesuatu yang tidak diperhitungkan.
Standar tersebut sebenarnya fleksibel di sesuaikan dengan kemampuan individu setiap santri. Selain itu, nilai tersebut setidaknya pernah diraih oleh teman dan senior-senior kami jadi semuanya sudah diperhitungkan oleh pesantren.
Saya sendiri memandangan angka tersebut sebagai angka yang besar. Namun setelah mempelajari ilmu-ilmu yang ada di Sintesa maka angka tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para santri.
Tujuan Bisnis Ala Pesantren Sintesa
Dalam berbisnis , kami para santri diberikan wejangan-wejangan tentang bisnis yang sesuai dengan syariat islam. Ada batasan-batasan yang haram untuk dilanggar.
Namun dengan batasan-batasan tersebut kami para santri merasa ada berkah tersendiri saat kami mentaati syariat-syariat tersebut dalam berbisnis.
Meskipun dibatasi oleh syariat-syariat, tidak membuat kami berputus asa dalam mencari dan menggali bisnis baru.
Hal ini tidak lain dan tidak bukan agar tercapainya tujuan berbisnis yang distandarkan oleh pesantren, diantara tujuan-tujuan tersebut adalah
1. Untuk Mempermudah Kita Untuk Beribadah Dan Beramal
Banyak orang atau pembisnis diluar sana yang memiliki usaha namun dia sendiri tidak bisa kemana-kemana, bahkan lebih parahnya lagi dia sendiri kesulitan untuk beribadah dan beramal jamai.
Beramal jamai yang paling sederhana adalah mulai shalat jamaah, bermuamalah dengan baik kepada masyarakat hingga menjadi orang yang bermanfaat bagi keluaga, lingkungan dan masyarakat.
2. Punya Income Dan Mampu Membantu Dai-Dai Dalam Mengemban Dakwah
Poin kedua ini masih berkaitan dengan poin di atas, jadi dengan adanya bisnis kami, para santri diharapkan dapat membantu perjuangan dakwah islam yang diemban oleh dai-dai di sekitar lingkungan.
3. Bisnis Yang Bisa Mengantarkan Pemiliknya Ke Surga
Poin terakhir ini menjadi motivasi bagi kami, karena banyak orang diluar sana yang memiliki kejayaan dalam berbisnis, namun sayangnya bisnis yang dibangun dan diusahakan membuatnya lupa akan kekalnya alam akhirat. Naudzubillah min dzalik